"Aku
terlahir dari sebuah rumah tangga Nasrani yang berpandangan materialis. Aku
tumbuh besar seperti mereka. Setelah dewasa, muncul kekagumanku melihat para
artis yang aku saksikan lewat berbagai media massa sampai aku mengganggap
mereka sebagai dewa tertinggi. Lantas akupun bertekad mengikuti pengalaman
mereka. Dan benar, ternyata aku menjadi salah seorang bintang pop terkenal yang
terpampang di berbagai media massa. Pada saat itu aku merasa bahwa diriku lebih
besar dari alam ini dan seolah-olah usiaku lebih panjang daripada kehidupan
dunia dan seolah-olah akulah orang pertama yang dapat merasakan kehidupan
seperti itu.
Namun pada suatu
hari aku jatuh sakit dan terpaksa di opname di rumah sakit. Pada saat itulah
aku mempunyai kesempatan untuk merenung hingga aku temui bahwa diriku hanya
sepotong jasad dan apa yang selama ini aku lakukan hanya untuk memenuhi
kebutuhan jasad. Aku menilai bahwa sakit yang aku derita merupakan cobaan ilahi
dan kesempatan untuk membuka mataku. Mengapa aku berada disini? Apa yang aku
lakukan dalam kehidupan ini?
Setelah sembuh,
aku mulai banyak memperhatikan dan membaca seputar permasalahan ini, lantas aku
membuat beberapa kesimpulan yang intinya bahwa manusia terdiri dari ruh dan
jasad. Alam ini pasti mempunyai Ilah. Selanjutnya aku kembali ke gelanggang
musik namun dengan gaya musik yang berbeda. Aku menciptakan lagu-lagu yang
berisikan cara mengenal Allah. Ide ini malah membuat diriku semakin terkenal
dan keuntungan pun semakin banyak dapat aku raih. Aku terus mencari kebenaran
dengan ikhlas dan tetap berada di dalam lingkungan para artis. Pada suatu hari
temanku yang beragama Nasrani pergi melawat ke masjidil Aqsha.
Ketika kembali,
ia menceritakan kepadaku ada suatu keanehan yang ia rasakan di saat melawat
masjid tersebut. Ia dapat merasakan adanya kehidupan ruhani dan ketenangan jiwa
di dalamnya.
Hal ini berbeda
dengan gereja, walau dipadati orang banyak namun ia merasakan kehampaan di dalamnya.
Ini semua mendorongnya untuk membeli al-Qur'an terjemahan dan ingin mengetahui
bagaimana tanggapanku terhadap al-Qur'an. Ketika aku membaca al-Qur'an aku
dapati bahwa al-Qur'an mengandung jawaban atas semua persoalanku, yaitu siapa
aku ini? Dari mana aku datang? Apa tujuan dari sebuah kehidupan? Aku baca
al-Qur'an berulang-ulang dan aku merasa sangat kagum terhadap tujuan dakwah
agama ini yang mengajak untuk menggunakan akal sehat, dorongan untuk berakhlak
mulia dan akupun mulai merasakan keagungan Sang Pencipta.
Semakin kuat
perasaan ini muncul dari jiwaku, membuat perasaan bangga terhadap diriku
sendiri semakin kecil dan rasa butuh terhadap Ilah Yang Maha Berkuasa atas
segalanya semakin besar di dalam relung jiwaku yang terdalam.
Pada hari Jum'at,
aku bertekad untuk menyatukan akal dan pikiranku yang baru tersebut dengan
segala perbuatanku. Aku harus menentukan tujuan hidup. Lantas aku melangkah
menuju masjid dan mengumumkan keislamanku.
Aku mencapai
puncak ketenangan di saat aku mengetahui bahwa aku dapat bermunajat langsung
dengan Rabbku melalui ibadah shalat. Berbeda dengan agama-agama lain yang harus
melalui perantara."
Demikianlah
kisah Cat Stevens yang lagu “Morning Has Broken” sempat menduduki anak tangga
Top 10 tingkat internasional dimasa kejayaannya. Sejak masuk Islam kemudian
berganti nama menjadi Yusuf Islam, dan kini waktunya ia habiskan untuk
melakukan aktifitas dakwah dan perjuangan untuk kemaslahatan agama ini. Ia ikut
andil di dalam berbagai lembaga dan yayasan Islam yang bergerak di bidang
dakwah dan sosial. Semoga Allah memberinya ganjaran yang baik atas sumbangsih
yang telah ia berikan kepada kita, agama Islam dan kaum muslimin.
(SUMBER: SERIAL
KISAH TELADAN karya Muhammad Shalih al-Qahthani, penerbit DARUL HAQ)
0 komentar:
Posting Komentar